Sabtu, 19 Mei 2012

PERAIRAN RAJA AMPAT, PAPUA BARAT, INDONESIA


“Raja Ampat lies hidden in a remote corner of the sea, surrounded by the world’s most-complicated island geography. It’s a coral universe with enormous currents and tides bathing the reefs in an endless plankton stew. The combination of an infinite range of habitat and rich currents has produced an undersea wilderness dripping in biodiversity. A true Last Place on Earth “ – David Doubilet and Jen Hayes

                                         Peta pulau Raja Ampat

Berlokasi propinsi Papua Barat Indonesia, Raja Ampat adalah kepulauan yang terdiri lebih dari 1.500 gugusan pulau-pulau kecil yang mengelilingi empat pulau besar yaitu: Misool, Salawati, Batanta, dan Waigeo, dan pulau kecil Kofiau.

Raja Ampat adalah kabupaten baru hasil pemekaran Kabupaten Sorong dengan luas wilayah + 4,6 juta hektar. Sekitar 85% dari luas wilayah tersebut merupakan lautan, sementara sisanya adalah gugusan pulau dan karang atol sejumlah + 610 pulau. Dari ratusan pulau-pulau tersebut, hanya 35 pulau saja yang dihuni oleh penduduk asli.

Kabupaten Raja Ampat  adalah kabupaten baru yang terpisah dari kabupaten Sorong pada tahun 2004. Mencakup lebih dari 40.000 km2 tanah dan laut yang juga terdiri dari Cendrawasih Bay, taman nasional laut terbesar di Indonesia. Yang merupakan bagian dari Propinsi Barat baru di Indonesia yang sebelumnya Irian Jaya. Kepulauan ini terletak di  bagian paling utara benua Australia.

Sejarah
Nama Raja Ampat berasal dari mitologi lokal yang menceritakan tentang seorang wanita yang menemukan tujuh telur. Empat dari tujuh telur menetas dan menjadi raja yang menempati empat pulau-pulau Raja Ampat terbesar (Pulau Misool, Salawati, Batanta, dan Waigeo) sementara tiga lainnya menjadi hantu, seorang wanita, dan batu.

Sejarah menunjukkan bahwa Raja Ampat pernah menjadi bagian dari Kerajaan Tidore, sebuah kerajaan yang berpengaruh dari Maluku. Namun, setelah Belanda menginvasi Maluku, telah lama diklaim sebagai bagian dari kerajaan Belanda. Pekerjaan utama bagi orang-orang di sekitar daerah ini memancing sejak daerah ini didominasi oleh laut. Mereka hidup di sebuah koloni kecil dari suku-suku yang menyebar di sekitar daerah tersebut. Meskipun budaya tradisional masih sangat ada, mereka sangat menyambut pengunjung. Agama mereka adalah dominan Kristen.

Kepulauan Raja Ampat tak hanya dianggap sebagai taman laut terbesar di Indonesia, namun juga diyakini memiliki kekayaan biota laut terbesar di dunia. Terkuaknya panorama alam bawah laut Raja Ampat bermula ketika seorang penyelam ulung berkebangsan Belanda bernama Max Ammer mengunjungi kawasan ini. Situs Nationalgeographic menyebutkan, kunjungan pertama Max Ammer pada tahun 1990 ke Raja Ampat bermula dari keinginannya untuk menelusuri kapal dan pesawat yang karam pada masa Perang Dunia II.

Penelusurannya ini sangat berkesan, sehingga pada tahun 1998 ia mengajak Gerry Allen, seorang ahli perikanan (Ichthyologist) dari Australia, untuk mengadakan survei di tempat ini. Betapa terkejutnya Gerry Allen melihat sumber daya bawah laut yang begitu beragam dalam jumlah yang sangat besar.

Gerry Allen kemudian mengontak Conservation International (CI) untuk mengadakan survei kekayaan bawah laut di perairan Raja Ampat pada tahun 2001 dan 2002. Hasil survei ini membuktikan bahwa perairan Raja Ampat merupakan kawasan terumbu karang dengan kekayaan biota laut terbesar di dunia. Masih menurut situs Nationalgeographic, kawasan ini memiliki setidaknya 1.300 spesies ikan, 600 jenis terumbu karang, serta 700 jenis kerang, belum lagi berbagai jenis kura-kura, ganggang, dan ubur-ubur.

Geografi
Sumber daya alam kelautan di sekitar Raja Ampat membuatnya secara signifikan potensi sebagai kawasan wisata. Banyak sumber tempat Raja Ampat sebagai salah satu dari mereka sepuluh tempat populer untuk menyelam sementara itu menjadi nomor satu dalam hal keanekaragaman hayati bawah laut.

Menurut Conservation International, survei kelautan menunjukkan bahwa keragaman kehidupan laut di kawasan Raja Ampat merupakan yang tertinggi tercatat di Bumi. Keragaman adalah jauh lebih besar daripada daerah lain sampel di Coral Triangle yang terdiri dari Indonesia, Malaysia, Filipina, Papua Nugini, Kepulauan Solomon, dan Timor-Leste. Segitiga Karang adalah pusat keragaman terumbu karang dunia, membuat Raja Ampat sangat mungkin ekosistem terumbu karang terkaya di dunia.

Koloni karang besar-besaran di daerah itu bersama dengan suhu laut yang relatif tinggi permukaan, juga menunjukkan bahwa terumbu yang mungkin relatif tahan terhadap ancaman seperti pemutihan karang dan penyakit karang, yang kini sangat membahayakan kelangsungan hidup ekosistem karang lainnya di seluruh dunia. Raja Ampat pulau terpencil dan relatif tidak terganggu oleh manusia.

Keragaman laut tinggi di Raja Ampat sangat dipengaruhi oleh posisinya antara India dan Samudra Pasifik, karang dan larva ikan lebih mudah berbagi antara dua lautan. Keanekaragaman karang Raja Ampat, ketahanan, dan peran sebagai sumber penyebaran larva membuatnya menjadi prioritas utama untuk dilindungi.

1.309 spesies ikan, 537 jenis karang (a% 96 luar biasa dari scleractinia semua tercatat dari Indonesia yang mungkin terjadi di pulau-pulau dan 75% dari semua spesies yang ada di dunia), dan 699 spesies moluska, ragam kehidupan laut sangat mengejutkan . Beberapa daerah membanggakan sekolah besar ikan dan penampakan teratur hiu, seperti wobbegongs.
Meskipun mengakses pulau-pulau tidak terlalu sulit, dibutuhkan beberapa waktu. Dibutuhkan enam penerbangan jam dari Jakarta, ibukota Indonesia untuk Sorong. Kemudian, dengan perahu untuk mencapai pulau-pulau diperlukan.

Film dokumenter
Para Edies film dokumenter Paradies 3 (oleh Otto C. Honegger) telah disiarkan oleh stasiun televisi terbesar Swiss, Schweizer Fernsehen. Film ini menceritakan tentang keindahan alam bawah laut Raja Ampat yang disamakan dengan wilayah Swiss hanya dihuni wilayah sekitar 50.000 penduduk dan dianggap seperti "Amazon" karena dunia bawah laut yang terletak di jantung Segitiga Karang dunia.

Keistimewaan Raja Ampat Papua Barat
Dalam catatan fotografi bawah laut di kawasan Raja Ampat, menyebutkan bahwa kandungan kekayaan biota laut Raja Ampat paling besar di seluruh area segitiga koral dunia, yaitu Philipina-Indonesia-Papua Nugini. Segitiga koral ini merupakan jantung kekayaan terumbu karang dunia yang dilindungi dan ditetapkan berdasarkan konservasi perlindungan alam internasional. Dari sekitar 600-an jenis terumbu karang di dunia, 75% di antaranya berada di perairan Raja Ampat.

Dengan begitu luasnya perairan Raja Ampat serta kekayaan biota lautnya yang beragam, maka wisatawan yang ingin menikmati panorama bawah laut dapat memilih beberapa titik penyelaman. Di sekitar Pulau Kri, misalnya, wisatawan dapat menyaksikan keindahan terumbu karang serta berbagai jenis ikan yang sangat menakjubkan, termasuk jenis ikan queensland grouper yang terkenal, ikan kuwe, kakap, kerapu, hiu karang, tuna, napoeleon wrasse, barracuda, serta giant trevally. Kekayaan berbagai jenis ikan di kawasan Pulau Kri ini pernah dibuktikan oleh Gerry Allen , di mana dalam sekali menyelam ia mencatat setidaknya terdapat 283 jenis ikan. Jumlah yang sangat mencengangkan untuk satu kali penyelaman.

Akses Raja Ampat Papua Barat
Wisatawan yang berminat mengunjungi Raja Ampat dapat bertolak dari Jakarta atau kota-kota besar lainnya menuju Bandara Domine Eduard Osok, Sorong, Papua Barat. Penerbangan dari Jakarta menuju Sorong biasanya transit terlebih dahulu di Makassar atau Manado (memakan waktu penerbangan sekitar 7jam). Dari Bandara Domine Eduard Osok, wisatawan bisa segera melanjutkan perjalanan menuju Raja Ampat menggunakan kapal cepat berkapasitas 10 orang dengan biaya sekitar 3,2 juta rupiah sekali jalan. Perjalanan dengan kapal cepat memerlukan waktu sekitar 3 - 4 jam.

 Harga Tiket Raja Ampat Papua Barat
Tidak ada tiket khusus untuk memasuki kawasan perairan Raja Ampat. Hanya saja, ongkos untuk menyewa kapal motor, peralatan menyelam, serta instruktur berkisar antara ratusan ribu rupiah hingga jutaan rupiah dalam sekali penyelaman. Proses menyelam biasanya dilakukan berkali-kali untuk menikmati titik-titik penyelaman yang berbeda-beda. Oleh sebab itu, para penyelam disarankan berkelompok untuk menekan jumlah pengeluaran yang relatif mahal.

Akomodasi dan Fasilitas lainnya
Di kawasan wisata bawah laut RajaAmpat wisatawan dapat memperoleh fasilitas yang memadai di beberapa resort yang ada, seperti di Pulau Kri, Waigeo, Mansuar, serta Misool. Beberapa resort menetapkan harga yang relatif mahal karena menyuguhkan fasilitas yang lengkap. Namun wisatawan dengan budget lebih rendah dapat memanfaatkan resort milik pemerintah yang jauh lebih murah.

Alternatif lain adalah dengan cara memilih menginap berhari-hari di atas kapal (Liveaboard) dengan menyewa kapal Pinisi yang telah dimodifikasi khusus untuk kegiatan penyelaman beberapa hari. Kapal ini memiliki kapasitas maksimal 14 orang, dengan biaya sekitar Rp 90 juta sampai Rp 110 juta untuk pelayaran selama seminggu.

 Tips Bepergian ke Raja Ampat.
  1. Penerbangan setiap hari dengan Lion Air, Merpati dan Express Air dari Jakarta ke Sorong dengan stop over di Makasar. Harga tiket berkisar antara 2,5 juta sampai 4 juta pulang pergi tergantung season.
  2. Memilih dive operator yang memiliki pengalaman di kawasan ini. Ada dua cara penginapan yakni tinggal di pulau Kri, Waigeo, Mansuar dan Misol atau cara lain dengan liveaboard memakai kapal. Banyak dive operator liveaboard yang menawarkan jasa ini.
  3. Bepergian dengan rombongan bisa menekan budget. Ini berguna ketika melakukan deal penawaran dengan pemilik kapal atau resort. Resor di Pulau Kri lebih mahal, berkisar 900 – 1500 euro per orang untuk 7 hari ( tidak termasuk airfares ). Mereka pada umumnya selalu memberikan harga khusus untuk warga negara Indonesia.
  4. Alternatif lain resor milik Pemerintah daerah yang jauh lebih murah dan dipatok dalam rupiah.
  5. Biaya charter kapal liveaboard berkapasitas maksimal 14 orang peserta, berkisar 90 – 110 juta untuk selama seminggu pelayaran.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar